MAKALAH
KONFLIK PERANG POSO
Disusun
untuk memenuhi salah satu tugas
Di
susun oleh :
AAH DIATI
XI IPA
MA ASSALAM PEUNDEUY GARUT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga
selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Ciamis , 2016
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .....................................................................i
DAFTAR
ISI ...................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN ...............................................................1
1
Latar Belakang
...............................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN ................................................................2
1.Penyebab/akar dari konflik
sosial yang terjadi di poso.........................2
2 Dampak dari konflik sosial
yang terjadi di poso.....................................3
3. Solusi dari konflik di poso.................................................................5
BAB
III PENUTUP………………………………………………6
1.Kesimpulan
.....................................................................................6
2.Saran
...............................................................................................6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. latar belakang
Tahun 1997 indonesia dilanda krisis moneter disertai dengan fluktuasi kondisi
ekonomi dan politik yang tidak menentu, telah mengiring indonesia menuju
konflik nasional, baik secara struktural maupun horizontal. semenjak runtuhnya
rezim orde baru tahun 1998 yang di gantikan oleh oleh B.H habibie yang
diharapakan dapat menata sisitem politik yang demokrasi berkeadilan.
Pada waktu itu indonesia sangat rentan dengan perpecahan, terjadi berbagai
gejolak konflik di berbagai daerah, salah satunya konflik yang terjadi di poso
yang di sinyalir oleh banyak kalangan adalah konflik bernuansa SARA. Adalah
pertikaian suku dan pemeluk agama islam dan kristen. Peristiwa kerusuhan
diawali dengan pertikaian antardua pemuda yang berbeda agama sehingga belarut
dan berhujung dengan terjadinya kerusuhan. Impliksasi – implikasi kepentingan
politik elite nasional, elite lokal dan miiter militer juga diduga menyulut
terjadinya konflik horizonttal sehingga sulit mencari penyelesaian yang lebih
tepat. Bahkan, terkesan pihak keamanan porli lamban menangani konflik tersebut.
Sehigga konflik terjadi belarut – larut yang memakan korban jiwa dan harta.
Secara umum konflik di poso sudah berkangsung tiga kali. Peristiwa pertama
terjadi akhir 1998, kerusuhan pertama ini denga cepat di atasi pihak keamanan
setempat kemudian di ikuti oleh komitmen kedua belah pihak yang berseteru agar
tidak terulang lagi. Kan tetapi berselang kurang lebih 17 bulan kemudian
tepatnya pada 16 april 2000 konflik kedua pun pecah. Pada kerusuhan ini ada
dugaan bahwa ada oknum yang bermain di belakang peristiwa ini yaitu : Herman
Parimo dan Yahya Patiro yang beragama kristen. Keduua oknum ini adalah termasuk
elite politik dan pejabat pemerintah daerah kabupaten poso.
Menjelang pemilihan kepala detrah pada waktu itu, kader – kader dari pihak umat
kristiani yang bermunculan sebagai kandidat kuat yang menjadi rival buapati
saat itu, Sekwan DPRD 1 Sulawaesi tengah dan Drs. Datlin Tamalagi Kahumas Pemda
Sulawesi tengah. Keduan belah pihak memilki koneksi yang rill yang amat
potensial sehingga sewaktu – waktu dapat dengan mudah muncul letupan
ketidaksenangan yang akhirnya pada berhujung pada kerusuha. Oleh karena itu,
potensi – potensi kerusuhan pada waktu itu boleh jadi karena kekecewaan dari
elite politik yang beragama kristen yang merasa termarjinalisasi dalam hal
politik.
BAB I
PEMBAHASAN
1. Penyebab/akar dari konflik sosial
yang terjadi di poso
Wapres menjelaskan bahwa kasus Poso terjadi bukan karena masalah agama namun
adanya rasa ketidak adilan. awal mula terjadinya konflik karena adanya
demokrasi yang secara tiba-tiba terbuka dan membuat siapapun pemenangnya akan
ambil semua kekuasaan. Padahal, pada masa sebelumnya melalui muspida setempat
selalu diusahakan adanya keseimbangan. contohnya, jika Bupatinya berasal dari
kalangan Kristen maka Wakilnya akan dicarikan dari Islam. Begitu pula
sebaliknya. Dengan demikian terjadi harmonisasi, namun dengan demokrasi
tiba-tiba the winner take all," kata Wapres. Karena pemenang mengambil alih
semua kekuasaan, tambah Wapres maka pihak yang kalah merasa telah terjadi
ketidak adilan.
Keluar dari pendapat Wapres, konflik sosial yang terjadi di poso adalah bagian
dari konflik individu yang dalam masyarakat yang secara dinamis tidak dapat
dipisahkan dan bertalian satu sama lain. Pendapat mengenai akar dari masalah
yang bertumpu pada subsistem budaya dalam hal ini menyangkut soal suku dan
agama.
Argumen yang mengemuka bahwa adanya unsur suku dan agama yang mendasari konflik
sosial itu adalah sesuai dengan fakta yaitu bahwa asal mula kerusuhan poso 1
berawal dari :
a) Pembacokan Ahmad yahya oleh Roy tuntuh bisalembah didalam masjid pesantren
Darusalam pada bulan ramadhan.
b) Pemusnahan dan pengusiran terhadap suku – suku pendatang seperti bugis,
jawa, dan gorontalo, serta kaili pada kerusuhan ke III.
c) Pemaksaan agama kristen kepada masyarakat muslim di daerah pedalaman
kabupaten terutama di daerah tentena dusun III salena, sangira, toinase, Boe,
dan meko yang memperkuat dugaan bahwa kerusuhan ini merupakan gerakan
kristenisasi secara paksa yang mengindikasikan keterlibatan Sinode GKSD
tentena.
d) Peneyerangan kelompok merah dengan bersandikan simbol – simbol perjuangan ke
agamaan kristiani pada kerusuhan ke III.
e) Pembakaran rumah – rumah penduduk muslim oleh kelompok merah pada kerusuhan
III. Pada kerusuhan ke I dan II terjadi aksi saling bakar ruamh penduduk antara
pihak kristen dan islam.
f) Terjadi pembakaran rumah ibdah gereja dan masjid, sarana pendidikan ke dua
belah pihak, pembakaran rumah penduduk asli poso di lombogia, sayo, kasintuvu.
g) Adanya pengerah anggota pasukan merah yang berasal dari suku flores, toraja
dan manado.
h) Adanya pelatihan militer kristen di desa kelei yang berlangsung 1 tahun 6
bulan sebelum meledak kerusuhan III.
Terlepas dari setuju tidak terhadap pendapat mengenai akar amsalah dari konflik
poso, secara sibernetik hal ini dapat di jelaskan sebagai berikut : bahwa pada
intinya budaya pada masyarakat poso mempunyai fungsi untuk mempertahan kan pola
atas nilai – nilai sintuvu maroso yang selama ini menjadi anutan masyrakat poso
itu sendiri. adanya Pembacokan Ahmad yahya oleh Roy tuntuh bisalembah didalam
masjid pesantren Darusalam pada bulan ramadhan merupakan bentuk pelanggaran
terhadap nilai nilai yang selama ini manjadi landasan hidup bersama. Pada satu
sisi muslim terusik ketentramannya dalam menjalankan ibadah di bulan ramadhan
kemudian menimbulkan reaksi balik untuk melakukan tindakan pembalasan terhadap
pelaku pelanggaran nilai – nilai tersebut. Disisi lain bagi masyarakat
kristiani hal ini menimbulakn masalah baru mengingat aksi masa tidak di tujukan
terhadap pelaju melainkan pada pengrusakan hotel dan satrana maksiat serta
operasi miras, yang di anggap telah menggangu kehidmatan masyrakat kristiani
merayakan natal, karena harapan mereka operasi – opresi tersebut di laksanakan
setelah hari natal.
Pandangan kedua tehadap akar masalah konflik sosial yang terjadi di poso adalah
dalam hal ini adanya perkelahian antar pemuda yang di akibatkan oleh minuman
keras. Tidak di terapkan hukum secara adil maka ada kelompok yang merasa tidak
mendapat keadilan misalnya adanya keterpihakan, menginjak hak asasi manusia dan
lain- lain.
Pendapat ketiga mengatakan bahwa akar dari konflik sosial yang terjadi di poso
terletak pada masalah politik. Bermula dari suksesi bupati, jabatan sekretaris
wilayah daerah kabupaten dan terutama menyangkut soal keseimbangan jabatan –
jabatan dalam pemerintahan.
Pendapat keempat mengatakan bahwa akar masalah dari kerusuhan poso adalah
justru terletak karena adanya kesenjangan sosial dan kesenjangan pendapatan
antara panduduk asli poso dan kaum pendatang seperti bugis, jawa, gorontalo,
dan kaili. Kecemburuan sosial penduduk asli cukup beralasan dimana pendapatan
mereka sebagai masyarakat asli malah tertinggal dari kaum pendatang.
2. Dampak dari konflik sosial yang
terjadi di poso
kerusuhan yang terjadi di poso menimbulkan dampak sosial yang cukup besar jika
di liat dari kerugian yang di akibatkan konflik tersebut. Selain kehilangan
nyawa dan harta benda, secara psikologis bendampak besar bagi mereka yang
mengalami kerusuhan itu, Dampak psikologis tidak akan hilang dalam waktu
singkat. Jika dilihat dari keseluruhan, kerusuhan poso bukan suatu kerusuhan
biasa, melainkan merupakan suatu tragedi kemanusiaan sebagai buah hasil perang
sipil. Satu kerusuhan yang dilancarkan secara sepihak oleh kelompok merah,
terhadap penduduk muslim kota poso dan minoritas penduduk muslim di pedalaman
kabupaten poso yang tidak mengerti sama sekali dengan permasalahan yang muncul
di kota poso.
Dampak kerusuhan poso dapat di bedakan dalam beberapa segi :
1. Budaya dampak sosial yang terjadi adalah :
di anut kembali budaya “pengayau” dari
masyarakat pedalaman (suku paØmona
dan suku mori).
Dilanggarnya ajaran agama dari kedua
kelompok yang bertikai dalam mencapai tujuan politiknya.Ø
Ø Runtuhnya nilai – nilai
kesepakatan bersama sintuwu maroso yang menjadi bingkai dalam hubungan sosial
masyarakat poso yang pluralis.
2. Hukum dampak sosial yang terjadi adalah :
Terjadinya disintegrasi dalam masyarakat
poso ke dalam dua kelompok yaitu kelompok merah dan kelompok putih.Ø
Ø Tidak dapat di
pertahankan nilai- nilai kemanusiaan akibat terjdi kejahatan terhadap manusia
seperti pembunuhan, pemerkosaan dan penganiayaan terhadap anak serta orang tua dan
pelecehan seksual.
Runtuhnya stabilitas keamanan,
ketertiban, dan kewibawaan hulum di masyarakat kabupaten poso.Ø
Muculnya perasaan dendam dari korban –
korban kerusuhan terhadap pelaku.Ø
3. Politik dampak sosial yang terjadi adalah :
Terhentinya roda pemerintahan.Ø
Jatuhnya kewibawaan pemerintah daerah
terhadap masyarakat.Ø
Hilanggnya sikap demokratis dan
penghormatan terhadap perbedaan pendapat masing – masing kelompok kepentingan.Ø
Legalisasi pemaksaan kehendak kelompok
kepentingan dalam pencapaian tujuannya.Ø
4. Ekonomi dampak sosial yang terjadi adalah :
Ø Lepas dan hilangnya
faktor dan sumber produksi ekonomi masyarakat, seperti sawah, tanaman kebun,
mesin gilingan padi, traktor tangan, rumah makan, hotel dan lain sebagainya.
Eksodus besar – besaran penduduk muslim
poso.Ø
Terhentinya roda perekonomian.Ø
Rawan pangan.Ø
Munculnya pengangguran dan
kelangkaankesempatan kerja.Ø
3. Solusi dari konflik di poso
Mungkin saja salah satunya yaitu kalangan pengusaha hingga tingkat mahasiswa
harus ikut berperan menangani konflik yang terjadi di Poso dengan melakukan
tindakan nyata agar masyarakat setempat tidak hanya terfokus pada masalah
politik. “Jangan hanya bergantung pada aparat keamanan. Tetapi pengusaha,
ekonom, budayawan, anggota masyarakat, mahasiswa harus bersatu membangun secara
paralel. Seluruh kalangan itu harus bekerja sama agar kerusuhan di Poso segera
berakhir, termasuk antara ulama dengan umaro juga harus bersatu. “Mereka harus
bersanding, bukannya bertanding,”.
Tindakan represif yang dilakukan oleh aparat tidak menyalahi aturan, meskipun
upaya penegakan hukum telah menimbulkan korban jiwa dari warga sipil serta
anggota Polri , karena memang kejadian itu sulit dihindari. kerusuhan yang
menimpa di Poso merupakan rekayasa dan berasal dari luar Poso yakni dari pihak
asing. Ia mengingatkan, kelompok sipil bersenjata yang berada di tengah-tengah
masyarakat Poso perlu mendapat perlakukan khusus, karena dalam keadaan seperti
ini, masyarakat akan menjadi tameng bagi mereka.
Jika diamati secara jujur, apa yang sedang dialami di Poso tidak saja aneh tapi
juga tak masuk di akal sehat. Sebab, semua orang tahu bahwa soal penggunaan
senjata bagi warga sipil bukankah aturannya cukup ketat. Artinya tidak
sembarang orang bisa membawa atau memiliki senjata apalagi yang mematikan.
Anehnya, kenapa justru warga sipil khususnya di Poso begitu bebas memiliki
senjata
Nah, untuk memecahkan sebuah permasalahan seperti yang sedang terjadi di Poso
sebenarnya tidaklah terlalu sulit bila semua pihak mau berikrar secara serius
dan tulus. Artinya, semua kepentingan sepihak dan sepotong-potong yang
menghimpitnya selain kepentingan bersama harus dihilangkan terlebih dahulu.
Pencegahan sedini mungkin tindakan provokasi dan intimidasi diantara masyarakat
harus diutamakan. Terutama, perlunya kewaspadaan terhadap gerak-gerik seseorang
atau sekelompok orang yang berusaha bermain api dalam sekam. Barulah kemudian
upaya penegakkan hukum harus benar-benar dilaksanakan. Harapan kita masyarakat
Poso akan kembali dapat hidup dengan tenang dan damai.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pembahasan sebelumnya maka dengan ini saya menarik suatu
kesimpulan mengenai konflik sosial yang terjadi di poso adalah berawal dari
konflik individu yang dalam masyarakat yang secara dinamis tidak dapat
dipisahkan dan bertalian satu sama lain. Pendapat mengenai akar dari masalah
yang bertumpu pada subsistem budaya dalam hal ini menyangkut soal suku dan
agama. Blum lagi kurang adanya keadilan dimana ada sebagian masyarakat yang
merasa di diskriminasi, ada juga masalah politik dimana penguasaan struktur
pemerintahan oleh satu pihak dalam arti tidak ada keseimbangan jabatan dalam
pemerintahan. Serta masalah tentang karena adanya kesenjangan sosial dan
kesenjangan pendapatan antara panduduk asli poso dan kaum pendatang seperti
bugis, jawa, gorontalo, dan kaili.
Konflik sosial yang terjadi di poso ini sangat berdampak pada masyarakat
khususnya masyarakat poso itu sendiri, Mulai dari segi Budaya, Hukum, Politik,
Ekonomi, selain kehilangan nyawa dan harta benda, secara psikologis juga
bendampak besar bagi mereka yang mengalami kerusuhan itu.
Cara yang mesti kita lakukan adalah melakukan kerja sama mulai dari kalangan
pengusaha hingga tingkat mahasiswa harus ikut berperan menangani konflik yang terjadi
di Poso dengan melakukan tindakan nyata agar masyarakat setempat tidak hanya
terfokus pada masalah politik. “Jangan hanya bergantung pada aparat keamanan.
Tetapi pengusaha, ekonom, budayawan, anggota masyarakat, mahasiswa harus
bersatu membangun secara paralel.
2. Saran/kritik
Ø Penulis berharap dengan
adanya makalah ini dapat menambah wawasan kita mengenai konflik sosial yang
terjadi di poso, Yang merupakan salah salah satu tragedi nasional.
Penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan penulisan ini di masa akan
datang.Ø
Ø Penulis juga berharap
agar dalam penyelesaian masalah konflik sosial di poso ada kerja sama dari
semua pihak tanpa ada rasa memihak satu kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar